Professor David T. Hill | Public figure
Professor David T. Hill
Phone: +61 8 6488 6673
Reviews
to load big map
25.01.2022 Ive just caught up with this recent Ear to Asia (Melbourne University Asia Institute) podcast with Dr Inaya Rakhmani on Weaponising social media in Indonesian politics. Its always instructive to listen to her. I always learn something new! https://arts.unimelb.edu.au//ear-to-as/episodes/episode-51
24.01.2022 Beberapa tahun yang lalu saya diminta menulis sebuah bab untuk buku mengenai sejarah bahasa Indonesia di Australia, yang diedit oleh Dr Paul Thomas dari Universitas Monash. Selain Paul, ada bab juga oleh David Reeve, Julia Read, Firdaus, Charles Coppel, Stuart Robson, Ron Witton, Hendrarto Darudoyo, Lesley Harbon, Keith Foulcher, Barbara Hatley, Dwi Noverini Djenar dan Lindy Norris. Syukur, buku tersebut hampir siap terbit nanti bulan September. Ini merupakan buku pertama yang bertema sejarah pengajaran bahasa Indonesia di Australia. http://www.publishing.monash.edu/books/tn-9781925835182.html
22.01.2022 Ever wanted to learn another language, quickly and effectively? I found these tips very sensible for both teachers and language-learners. https://youtu.be/d0yGdNEWdn0
22.01.2022 Ketika saya baru mulai belajar Kajian Indonesia sebagai mahasiswa S1 di ANU Canberra pada tahun 1970an, saya merasa sangat beruntung karena para dosen sangat berprestase dan sangat berkomitmen pada profesi pengajaran. Antara lain, yang saya ingat, empat dosen Indonesia -- Dr Soebardi, Dr Soewito-Santoso, Dr Soepomo dan Ibu Yohanni Johns -- bersama kepala jurusan, Professor A.H. Johns. Pada semuanya saya berhutang budi. Dari semuanya saya belajar banyak. Susah membayangkan bag...aimana saya akan jadi seorang Indonesianis tanpa masukan serta bimbingan dari para sesepuh tersebut. Maka, betapa senangnya saya membaca sebuah tulisan mengenai Ibu Yohanni dan Pak Tony Johns yang baru terbit. Cerita cinta mereka serta peranan mereka berdua pada penanaman tradisi studi Indonesia di Australia perlu diketahui secara luas. Bu Yohanni merupakan guru bahasa Indonesia yang luar biasa. Prof Tony Johns, yang membimbing skripsi S1 saya, adalah salah satu ahli sastra Indonesia yang berdampak besar pada generasi sarjana yang muncul belakangan di Australia. Kepada mereka berdua, saya sangat berterima kasih. https://reporter.anu.edu.au/speaking-same-language See more
21.01.2022 Tak hanya melihat, sebanyak enam mahasiswa/i yang tergabung dalam Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS) memberanikan diri untuk mel...akukan pemberian makan kepada nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia. Kegiatan suka rela ini dilakukan pada kunjungan mereka di Insektarium WMP Indonesia Rabu (11/07) dan Jumat (13/07) lalu. #bloodfeeding #edpyogya #wmpindonesia #wolbachia See more
21.01.2022 Bagi mereka yang tertarik, belum lama ini sudah terbit sebuah tulisan saya (dlm bahasa Inggris) mengenai kalangan eksil Indonesia setelah 1965, khususnya mereka yang pernah berada di RRC. Kebanyakan dikirim ke luar negeri buat belajar, dengan beasiswa dari RI ataupun negara yang menerimanya, tetapi akhirnya mereka terhalang pulang ke tanah air. Para eksil ini menderita bukan karena tindakannya tetapi karena, tanpa proses hukum apapun, paspor serta kewarganegaraannya dicabut oleh Negara sehingga mereka menjadi 'stateless' dan terombang-ambing di luar negeri, sampai sekarang. Artikel ini gratis untuk diunduh. https://brill.com/view/journals//176/2-3/article-p338_5.xml
21.01.2022 The next Perth-based event focussing on Indonesian fiction writing will be "Close to Home: Discovering Women Indonesian Writers", a panel discussion on Wednesday 4 March at UWA IQX at 5:30 pm. This event, jointly hosted by the Centre for Stories, the Australia Indonesia Centre and the UWA Public Policy Institute, will highlight the work of female Indonesian writers, featuring readings and a discussion with visiting Indonesian writer Erni Aladjai, Perth-based Indonesian writer Alberta Natasia Aadji and others. It will be an excellent chance to think about Indonesia through its literature, and engage with the thoughts, words and stories of Indonesian women. To register visit: https://www.uwa.edu.au//publ/ppi-events/indonesian-writers
19.01.2022 Is it true that Good girls go to heaven, bad girls go wandering? Thats what Indonesian writer (and Australian-based academic) Intan Paramaditha says in her new novel (just released in English translation). She will discuss her latest novel about a bad girl in red shoes The Wandering with Prof Krishna Sen, followed by book signing, Sunday 22 Feb, 5:30-6:30, Theatre Auditorium, UWA, Perth. Please promote through your networks in Perth. Intan is a guest of the Perth Writers festival.
19.01.2022 As a long-standing member of the Asian Studies Association of Australia, I endorse absolutely the ASAAs Statement on recent racist attacks in Australia. The Asian Studies Association of Australia notes recent reports of attacks and intimidation directed against people of Asian backgrounds in Australia in the context of the COVID-19 pandemic, and the attribution of blame by some people to Chinese and, by extension, all Asian people for the virus. This blaming of people of Asi...an background for a global pandemic recalls long histories of racism and exclusion in Australia. As an Association whose members work towards achieving greater understanding of Asian societies in Australia, we affirm our absolute commitment to opposition to all forms of racism and discrimination, and deplore these incidents. Such attacks have no place in a tolerant and inclusive society such as we seek to build in Australia. Racism is deplorable under any circumstance, but is particularly damaging at a time of global crisis when people of good will are called upon to work together to confront our common challenges. Noting that some of these incidents have been directed at students from Asian countries, we express our particular support for international students and the role they play as a vital and positive part of Australias higher education system and community. The Association calls upon all members, universities, relevant authorities and members of the wider community to stand against racism and to work together in pursuit of an inclusive and diverse society. We salute efforts to challenge racism, including the following petition initiated by prominent Asian-Australian leaders. http://asaa.asn.au//asaa-statement-on-recent-racist-attac/
19.01.2022 Thomas Paterson suggests the Australian Broadcasting Corporations (ABC) Media Watch TV program might provide a model Indonesia could use to expose internet hoaxes and counter disinformation by providing factual information to the public on recent hoaxes. As a regular viewer and fan of Media Watch, it sounds sensible to me! See Patersons article at: https://themonsoonproject.org//an-off-target-approach-to-/ https://iview.abc.net.au/show/media-watch
18.01.2022 This afternoon (Tuesday 16 June) AIYA is convening a webinar discussion on the decline of Indonesian language studies in Australian universities. Speakers include Kirrilly McKenzie, an Indonesian teacher from Eltham High Victoria, language researcher Dr Michelle Kohler from the University of South Australia, and myself. If youre interested I think there is still time to register. https://t.co/xHvrdRVdZz https://t.co/kTw4XfCRxM
17.01.2022 Students who undertook the ACICIS 2017 Creative Arts and Design Professional Practicum (CADPP) provided excellent feedback on the seminar series and field trips. Its been fabulous to meet real Indonesian artists that are working with their community. Watch this short video here.
17.01.2022 Iseng-iseng, kalau ada yang tertarik, inilah renungan singkat saya setelah selesai perjalanan kaki 1400 kilometer di Perancis dan Spanyol. Kalau kebetulan ada o...rang Indonesia yang telah melakukan Camino de Santiago, silahkan hubungi saya supaya bisa tukar pengalaman. https://readingontheroad54893552.wordpress.com See more
17.01.2022 I have just noticed that the University of Western Australia is establishing a node of the Australia-Indonesia Centre (AIC) and is seeking applications for a Postdoctoral Scholar to undertake research related to contemporary Indonesia as part of the broader research efforts of the AIC. The Scholar may be appointed in the area of Development Economics. For further details, see https://jobs.theconversation.com//24673-uwa-australia-indo
16.01.2022 Bagi teman-teman yang ingin tahu apa yang saya lakukan sejak saya berhenti sebagai kepala ACICIS beberapa bulan yang lalu, ini sedikit informasi. Selama 42 hari yang terakhir ini saya berjalan kaki dari kota LePuy ke kota St Jean Pied de Port di Perancis, yang jaraknya sekitar 750 km. Ini ada beberapa fotonya. Apa petualangan yang berikutnya? Barangkali meneruskan petualangan sampai kota Santiago de Compostela di ujung Spanyol, sekitar 800 km lagi. Alangkah enak kesempatan bertualang!
16.01.2022 Congratulations to the winners of this years SBS Australia National Languages Competition Selected across five age categories, the winning entries were chosen based on their creative approach and unique stories. Delighted to see that the winner of the 18+ Age Group was an Indonesian speaker, Georgia Leyendekkers, who recently graduated from #Murdoch University, Western Australia. https://www.sbs.com.au//national-languages-competition-201
16.01.2022 Tadi malam di Perth Fringe Festival, saya nonton pementasan tarian dari sekelompok orang asli Australia Utara, Djuki Mala. Hebat benar. Kalau Anda di Perth, masih ada beberapa pementasan lagi. Tetapi dalam beberapa minggu mereka akan ke Kanada untuk pentas di Toronto. Jadi kalau ada teman-teman yang tinggal di Toronto, coba cari DJUKI MALA. Suatu sintese kebudayaan asli Australia dengan masukan-masukan dan pengaruh dari budaya tari global. Hasilnya, sangat memikat, dan kadang-kadang sangat lucu. Pinter mereka main! https://youtu.be/MjPZHb2Pajw
15.01.2022 Rasanya belakangan ini kami sering membaca tentang sumbangan besar yang telah diberikan kepada masyarakat Australia oleh seseorang yang pindah ke sini dari Indonesia. Hari ini diumumkan bahwa salah satu pembaca berita Australia yang paling terkenal, Ibu Lee Lin Chin, akan mengundurkan diri dari perannya di Saluran Televisi SBS setelah 30 tahun membaca berita di layar televisi. Ternyata Ibu Lee Lin Chin ini lahir di Jakarta! Maka dia termasuk salah satu ekspor Indonesia yan...g telah menjadi besar dan terkenal di Australia. Alangkah enak membaca tentang arus timbal-balik antara kedua bangsa Australia-Indonesia ini. Kita berdua memetik manfaat dari interaksi tersebut. Dalam hal ini, Australia yang memperoleh seorang pakar media yang terpandang dan berpengalaman. Seseorang yang unik. Terima kasih, Ibu Lee Lin Chin (dan terima kasih Indonesia)! http://mobile.abc.net.au//lee-lin-chin-resigns-fr/10040040
14.01.2022 Bagi yang pernah kenal dengan Dr Lance Castles atau ingin mengetahui mengenai hubungan antara Indonesia dengan Australia sejak tahun 60an sampai sekarang, ada wawancara yang bagus dengan Prof. Margaret Kartomi mengenai sarjana yang unik itu. Pak Lance pertama ke Indonesia tahun 1963, dan sejak itu tidak pernah jauh dari 'tanah airnya yang kedua' itu. Dia pernah lama di Indonesia, mengajar di beberapa universitas di nusantara, membina berbagai hubungan dengan Indonesia, dan menyumbangkan tulisannya dan ilmunya dalam berbagai bidang. Pengetahuannya mengenai Indonesia luar biasa. https://www.sbs.com.au//pria-luar-biasa-yang-sangat-mencin
14.01.2022 Thanks to everyone who joined yesterday's webinar on the decline of Indonesian language studies in Australian universities. And particularly to the Australia-Indonesia Youth Association (AIYA) for convening the event. In case you missed it and are still interested, the video is available on Youtube here. https://t.co/xHvrdRVdZz https://t.co/kTw4XfCRxM
14.01.2022 Sebagai seorang pengamat hubungan Australia-Indonesia, saya selalu tertarik kalau menemukan contoh betapa luas dan mendalam hubungan antara kedua masyarakat kita ini. Tetapi sayapun kaget ketika menemukan contoh yang satu ini. Sebagai pecandu olahraga ‘jalan kaki jarak jauh’, belakangan ini saya berusaha mengikuti beberapa bagian dari perjalanan/rute khas Australia Barat bernama ‘Bibbulmun Track’ yang jaraknya 1000 km, dari kota Perth sampai Albany di pantai selatan. Terlebih... dahulu, saya mencari informasi di internet dan menemukan sebuah seri dokumentair mengenai pejalan Bibbulmun tsb, yang dibuat oleh seorang perempuan Australia bernama Caroline Grandjean-Thomsen, yang ternyata berdarah Indonesia-Denmark dan lahir di Brazil! Inilah contoh filemnya yang sangat memikat. @caroline_gthomsen https://www.youtube.com/watch?v=2164ZB0rKQo&t=15s See more
14.01.2022 I learnt a lot about generational changes in the Yogyakarta sultanate by watching this TED talk about the life of a Javanese princess. Very thought-provoking update on old assumptions. https://youtu.be/xmCN7_b-h1w
13.01.2022 Inilah sebuah ringkasan yang baik dari buku baru oleh rekan kami Dr Ian Douglas Wilson, mengenai peranan preman dalam politik Indonesia. Bukunya Politik Jatah Preman: Ormas dan kuasa jalanan di Indonesia pasca Orde Baru, sudah diterbitkan di Indonesia. https://historia.id//articl/jaringan-sisa-orde-baru-P142M
12.01.2022 Thanks to everyone who joined yesterdays webinar on the decline of Indonesian language studies in Australian universities. And particularly to the Australia-Indonesia Youth Association (AIYA) for convening the event. In case you missed it and are still interested, the video is available on Youtube here. https://t.co/xHvrdRVdZz https://t.co/kTw4XfCRxM
11.01.2022 Mengenang Prof Dr Arief Budiman. Dengan sedih hati saya membaca email yang menyatakan Prof Arief Budiman sudah meninggal dunia. Bagi saya, Bung Arief merupakan sosok luar biasa dalam sejarah politik dan aktivisme Indonesia, tapi juga seorang pemikir yang besar pengaruhnya pada saya pribadi.... Antara semua interaksi saya dengan Bung Arief ada tiga hal yang menyolok. Yang pertama terjadi ketika saya masih berumur sekitar 27 tahun, tengah mengadakan penelitian bagi PhD saya di Jakarta awal tahun 1980an. Banyak orang telah menganjurkan agar saya mewawancarai Dr Arief Budiman sebagai narasumber bagi disertasi. Pengalamannya serta perspektifnya unik. Pada waktu itu, dia belum lama pulang dari Amerika dan baru mulai mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga. Kebetulan pada tanggal 31 Desember 1981 dia ada di Jakarta, sedang menikmati hari libur itu bersama keluarganya. Namun, dia bersedia diganggu oleh seorang mahasiswa pascasarjana yang tidak begitu dikenalnya, dari Australia. Begitu banyak yang saya petik dari wawancara tsb, begitu sabar dan baik hati Bung Arief dalam menjelaskan, sehingga wawancara itu berjalan sekitar dua setengah jam, sampai magrib. Semestinya saya malu mengganggu seorang ayah bersama istri dan anak-anaknya pada hari besar, tetapi ide dan analisa Bung Arief begitu berharga sehingga saya lupa akan putaran jam. Waktu disertasi siap diuji tahun 1988, Bung Arieflah salah satu akademisi yang saya ingin menjadi penguji PhD (selain Prof Dan Lev serta Dr George Quinn). Sikapnya yang teliti dan baik hati sangat jelas dalam penilaiannya terhadap tesis saya. Dia mencatat kekurangannya dengan gaya yang seimbang dengan tetap mendorong semangat. Enam tahun kemudian kami sekeluarga sedang di Yogya mengadakan penelitian mengenai media di Indonesia. Suatu sore Bung Arief mampir dari Salatiga mengunjungi kami di rumah sewaan di Samirono Baru. Sambil ngomong, dia bertanya bagaimana pendapat kami mengenai Universitas Melbourne karena dia sedang mempertimbangkan lowongan sebagai Professor Kajian Indonesia disana. Program Kajian Indonesia di Universitas tsb pernah ditutup sekitar tujuh tahun sebelumnya. Ternyata administrasi universitas ingin membukanya kembali sehingga mencari seorang intelektual berkaliber internasional untuk memimpin usaha baru itu. Prof Arief Budimanlah yang didatangkan. Sekarang, lebih dari duapuluh tahun setelah dibina oleh Prof Arief Budiman, Studi Indonesia di Universitas Melbourne dianggap kuat, kritis dan inovatif. Pernah menarik juga sebagai staf peneliti/pengajar intelektual Indonesia yang terpandang seperti Prof Ariel Heryanto dan, sekarang, Prof Vedi Hadiz. Bagi saya, rekaman wawancara tanggal 31 Desember 1981 masih merupakan salah satu simpanan yang paling berharga dalam arsip penelitian saya. Sebuah kenang-kenangan Bung Arief yang begitu baik dan bijaksana. Istirahat dalam Damai, Bung.
11.01.2022 **ACICIS is seeking Expressions of Interest for an Academic Program Officer for the 2019 Development Studies Professional Practicum** In January 2019, the Austr...alian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS) will again run its annual six-week Development Studies Professional Practicum (DSPP) program for Australian and international students. The DSPP consists of a two-week intensive block of Indonesian language study and contextual studies, followed by a four-week industry placement at a participating Australian, international or Indonesian host organisation. The Academic Program Officer (APO) will be required to provide assistance with assessing and vetting student applications for the program, input into pre-departure materials and correspondence, and play a role in finalising academic content for the professional practicum. During the practicum, the APO will be responsible for providing advice to students on academic matters, offering pastoral care and emergency assistance, and representing ACICIS at participating local organisations and related events. Interested applicants should forward a current CV and an EOI statement to ACICIS Resident Director, Dr Adrian Budiman, via email at: [email protected]: with the subject heading Expression of Interest: 2019 DSPP APO Vacancy, no later than Monday 30 July 2018. For further details follow this link: http://www.acicis.edu.au//expressions-interest-dspp-acade/
11.01.2022 Saya sangat sedih hari ini membaca tweetnya Pak Goenawan Mohamad mengenai wafatnya Bu Nh.Dini karena kecelakaan mobil. Novelis kelahiran 1936 ini merupakan sastrawan Indonesia yang sangat terkemuka, seorang perintis sebagai pengarang perempuan dalam bidang yang sering didominir oleh laki-laki. Tetapi, bagi saya, yang menyolok adalah kemandiriannya dan gayanya yang ramah, terbuka dan independen. Saya pertama kali bertemu Nh Dini awal tahun 1981 ketika Beliau memberi ceramah d...i Pusat Kebudayaan Perancis, Jakarta. Antara lain yang hadir kritikus sastra yang terkenal (dan eks-tapol) Pak Bakri Siregar. Sebagai mahasiswa pasca-sarjana, saya kagum akan kedua-duanya. Setelah itu, selama saya tinggal di Jakarta dua tahun, saya sering sempat ketemu Mbak Dini, yang suatu ketika malah bersedia diantar pulang ke rumahnya dibonceng motor saya. Sastrawan terkemuka, tapi orangnya egaliter dan tidak sombong. Saya masih ingat Beliau bercerita tentang marahnya ketika mau diopname di sebuah rumah sakit di Yogyakarta. Ternyata, karyawan RS tsb menolak ketika Mbak Dini mengisi Kejawen sebagai agamanya pada formulir pendataan RS. Pada zaman Orde Baru, Kejawen tidak dianggap sebagai sistem kepercayaan yang diakui negara. Mbak Dini melawan, dan menuntut haknya menentukan sendiri apa yang dipercayainya. Beliau selalu bersikap indepeden. Beberapa tahun kemudian Beliau mengizinkan saya menerjemahkan sebuah cerpennya berjudul Pabrik, yang dimuat dalam antologi Beyond the Horizon: Short stories from contemporary Indonesia (1997). Sudah lama saya tidak sempat ketemu lagi dengan Mbak Dini, tetapi saya selalu menghargai ketekadan hati, dan sikap kemandiriannya. Saya berterima kasih atas dorongannya agar saya lebih giat belajar mengenai sastra Indonesia. Semoga Beliau beristirahat dalam damai. See more
09.01.2022 Suatu video/wawancara dengan alm Tedjabayu Sudjojono yang pengalamannya sebagai tahanan politik Orba luar biasa mengerikan. Gaya bicaranya halus. Terasa sekali semangatnya, kekuatan batinnya, dan rasa manusiawinya. Tidak dendam tapi menuntut sejarah dibuka agar dapat terjadi rekonsiliasi. Indonesia telah kehilangan sebuah 'force for good'.
09.01.2022 This fabulous video made for kids to highlight the link between common consumer products, palm oil production and the threats to the orangutan population is extremely powerful. Well worth watching -- and sharing... https://www.thedrum.com//iceland-urges-customers-make-its-
09.01.2022 I am pleased to read the recent statement from the Australian Academy of the Humanities on the importance of language learning in Australian education. "The national deficit in language capability is one of Australias great unrecognised skills shortages. Australias national effort in sustaining language learning has faltered. This is a result of policy failure, not lack of demand. The ability to communicate, engage and build trust across cultures at local, regional and global levels is as urgent as ever before." In the lead-up to the Australian elections on 18 May, the Academy urging the competing parties to "invest in intercultural capability through comprehensive language education". We wait with anticipation! http://www.humanities.org.au/advice/2019election/
09.01.2022 Bagi mereka yang tertarik akan kebudayaan ziarah, dan khususnya tradisi Camino de Santiago, saya telah menulis sebuah sumbangan Apa itu, Ziarah dalam bahasa Indonesia pada blog Hurry Krishna. Silahkan menyimaknya! https://readingontheroad54893552.wordpress.com/
07.01.2022 Huge congratulations to my former colleagues in the Asia Research Centre, Murdoch University, who have recently been recognised as Australia’s leading researchers in their fields: Vedi Hadiz is the world leader in Asian Studies and History; Shahar Hameiri is Australia's leader in Diplomacy & International Relations). It is an extraordinary achievement for them both -- and a tribute to the post-graduate mentoring environment created over decades in the Asia Research Centre by Directors like Richard Robison and Garry Rodan. It takes decades of hard work to build up such a collective scholarly enterprise -- and requires constant vigilance to maintain. https://specialreports.theaustralian.com.au/1540291/8/
07.01.2022 One of the most exciting developments in Perth recently has been the establishment of a regular monthly Indonesian Literature Club which discusses Indonesian literature in English translation. It is a great new initiative by Iven Manning of the Centre for Stories in Perth. The next meeting will be held on Wednesday February 12 at 6.30pm at the Centre for Stories in Northbridge. This month we will be discussing two short stories: Derabat by Budi Dharma and The Crow by Zen Hae.... You dont have to be a literature specialist; the stories are simply a launching point for general discussions about Indonesia, literature, and ideas in general. Everyone is welcome!! If you are interested in attending, or would like further information, please go to (and RSVP at) the following link: https://centreforstories.com//indonesian-literature-club-/. Please share with anyone you know who might be interested, it would be great to continue to grow our numbers.
06.01.2022 I really appreciated the opportunity to view this reading of the classic Indonesian drama, Awal and Mira (1951, here with English sub-titles), by Utuy Tatang Sontani (1920-79). Sontani was one of Indonesia's most accomplished dramatists. He lived the last 14 years of his life as a political exile unable to return to his homeland after the military takeover in Indonesia in 1965-6. After seven years in China, he moved to the USSR, teaching Indonesian language at university there until his death. https://youtu.be/Egx9NebCPO4
06.01.2022 Belakangan ini saya terangsang merenungkan kembali bagaimana bangsa Indonesia menanggapi Tragedi Nasional 65. Video ini, yang dibuat oleh Tempo Institute beberapa tahun yang lalu, mengemukakan berbagai poin yang patut dipertimbangkan. Sayang sekali kalau pemerintah Indonesia belum berani menghadapinya. https://www.youtube.com/watch?v=d0HW5ktDdks
05.01.2022 You cant get further from Australia or Indonesia, perhaps, than the medieval towns and villages of rural France. I am currently walking through the French southwest from Le Puy to the Pyrenees, on the Way of St James, an age-old network of pilgrimage trails running thousands of kilometres through Europe, all ending in the northwestern Spanish city of Santiago de Compostela. As I walked recently I spent a day chatting with a French pilgrim of about my age. Hed never been to... Australia but he had holidayed in Bali. He confided to me how shocked he had been by the offensive behaviour of the Australians he saw there. I struggled to explain the ugly Australian phenomenon in Bali. It seemed bogan behaviour was not only putting off at least one energetic French retiree from visiting Australia, but also from another trip to Indonesia. The conversation left me with a lingering question: As Indonesianists in Australia strive to promote greater mutual understanding, how could the negative impacts of insensitive encounters between Australians and Indonesians (and others, such as my French fellow-walker) be minimised? What could be done to make encounters with Australians abroad engaging rather than alienating? Of course, its not only Australians who have taken advantage of mass tourism to enjoy Bali in their own fashion, in a manner which others may find insensitive. Of course, the issues are complex. But it seems such a pity that on the island that attracts most Australians to Indonesia, its often offence rather than understanding that attracts attention. See more
05.01.2022 Kalau Anda belum sempat membaca bukunya Dr Jess Melvin berjudul "The army and the Indonesian genocide: Mechanics of mass murder", yang menganalisa (dan membuktikan) peranan ABRI dalam mengarahkan dan memotori pembunuhan massal (genosida) orang kiri di Indonesia pada tahun 1965-66, ada sebuah diskusi dan tinjauan buku tersebut yang baru terbit yang meringkaskan isi buku tersebut (maaf, dalam bahasa Inggris). Ada sumbangan bobot dari Dr Ratna Saptari, Dr Ken MacLean dan Dr Annie Pohlman . https://brill.com/view/journals//176/2-3/article-p373_6.xml
04.01.2022 In 2009 I was fortunate enough to be awarded a National Fellowship from the Australian Learning and Teaching Council (ALTC) which enabled me to write a report on the state of Indonesian teaching in Australian universities. Sadly, the government has since decided to dismantle the ALTC, and the ALT Fellows network which it established. Heres a link to the final report of the ALTF which has just been published, providing an overview of the various projects undertaken by the Fellows to enhance tertiary teaching in Australian universities. Thanks to all involved! https://altf.org/wp-conte/uploads//04/ALTF-Report-2019.pdf
04.01.2022 Bagi teman-teman di Indonesia yang tertarik akan bidang pembelajaran bahasa Indonesia di luar negeri, saya baru menerbitkan sebuah laporan singkat mengenai status bahasa Indonesia di universitas-universitas Australia selama 20 tahun terakhir ini. Walaupun kedua pemerintah kita sering merujuk pada luasnya pengajaran bahasa Indonesia dalam sistem pendidikan di Australia sebagai salah satu bukti dekatnya hubungan antar-negara, nyatanya minat belajar bahasa Indonesia di Australi...a sudah lama menurun. Jumlah pembelajar bahasa Indonesia di universitas Australia sekarang (data tahun 2019) malah lebih rendah daripada jumlahnya pada tahun 1988, 30 tahun yang lalu! Usaha dari kedua pemerintah kita untuk merangsang minat belajar tsb tampaknya kurang berhasil. Kecuali barangkali program New Colombo Plan yang mendrorong mahasiswa agar mengambil program studi (termasuk studi bahasa setempat) di kawasan Asia-Pasifik (termasuk Indonesia). Untungnya, ceritanya tidak selalu gelap. Ternyata ada titik-titik terang. Seperti yang saya utarakan dalam artikel di bawah ini (yang, maaf, dalam bahasa Inggris). http://asaa.asn.au/the-state-of-indonesian-language-in-aus/
03.01.2022 Teman-teman, kalau ada yang tertarik, baru diunggah sebuah tulisan lagi oleh Hurry Krishna mengenai pengalamannya di Camino de Santiago. Kali ini, mengenai masalah WC, demi merayakan Hari WC Internasional yang baru lewat. Silahkan membacanya (maaf, hanya dalam bahasa Inggris). https://readingontheroad54893552.wordpress.com//when-natu/
03.01.2022 I want to heartily congratulate Julian Millie on his recently announced appointment to the newly established position of Professor of Indonesian Studies at Monash University. I had the pleasure of teaching Julian as an undergraduate student when I was tutoring at Monash in the 1980s, after which he completed his postgraduate studies in Leiden. He has a strong research record in his field and is poised to make a valuable contribution to the leadership of Indonesian studies in Australia in one of the very rare Chairs of Indonesian Studies remaining. I want also to congratulate Monash University on establishing this new position, and for investing in Indonesian studies in this and other ways. It augurs well!
01.01.2022 Bagi mereka yang tertarik akan studi politik, telah terbit sebuah buku baru mengenai perkembangan politik di Asia Tenggara. Bukunya ditulis oleh rekan saya dan Direktur di Asia Research Centre, Universitas Murdoch, yaitu Professor Garry Rodan. Berjudul Participation without Democracy: Containing Conflict in Southeast Asia, diterbitkan oleh Cornell University Press, Prof Rodan menguraikan politik Asia Tenggara belakangan ini sebagai proses melebarnya keikutsertaan tetapi belum tentu suatu proses meningkatnya demokrasi. Ide-ide pokok di dalam bukunya telah diringkaskan oleh beliau dalam artikel singkat di East Asia Forum. http://www.eastasiaforum.org//discussion-without-democrac/
01.01.2022 I know I usually post on things Indonesia, but if you are interested more broadly in Asian literatures and live in Perth, you might like to come to the Centre for Stories next Tuesday to hear Prof. Krishna Sen talk on Bengali poetic traditions and in particular Bengals greatest cultural contribution to the world, the poet: Rabindranath Tagore. The first Asian recipient of a Nobel prize, he won the Literature award in 1913. His poems and lyrics continue to permeate Bengali culture and indeed broader Indian cultural practices. Krishnas talk is Tuesday 3 July at 6pm. Details & registration via http://www.centreforstories.com//poetic-traditions-from-th