Australia Free Web Directory

EASY EVENT PERTH in Osborne Park, Western Australia | Tour agent



Click/Tap
to load big map

EASY EVENT PERTH

Locality: Osborne Park, Western Australia

Phone: +61 401 924 458



Address: Level 2, 194 MAIN ST, Osborne Park, WA 6017 Osborne Park, Western Australia, WA, Australia

Website: http://www.easy-event-perth.com/

Likes: 527

Reviews

Add review



Tags

Click/Tap
to load big map

23.01.2022 What a fun day of batik fashion, Indonesian food and dancing. A community celebration of the 4th year anniversary of the Easy Event Perth - Spring Festival at A...raluen. Heartiest congratulations Ratna Hartoyo, your team, and all involved. So love these events. A great day. Congratulations. See more



20.01.2022 Yang Ringan-ringan seputar Toya Bungkah Literary Festival 21-22 September 2019. 1 Sekitar pertengahan Juli Ratna Hartoyo menghubungi say...a untuk membantu mencarikan penyair dalam dan luar negeri dalam rangka Toya Bungkah Literary Festival yang digagas Wiwin Suyasa. "Wah, sekitar dua bulan lagi? Waktu yang sangat singkat, Ratna. Tapi akan kucoba." Lalu saya memberikan sekitar 17 nama penyair Indonesia dan mencoba menghubungi penyair luar negeri yang saya punya kontaknya. Yang saya hubungi awalnya ada sekitar 5 orang. Semuanya tak bisa. Tapi dua di antaranya menyanggupi mencarikan penyair yang bagus untuk saya ajukan ke Ratna. Saya juga mengusulkan beberapa nama untuk menjadi panitia. Di tengah proses mencari penyair ini, saya membaca undangan terbuka yang diumumkan Sahadewa untuk antologi yang terkait festival ini yang hasil kurasinya kemudian dibukukan dalam antologi Tutur Batur. Dan tak lama kemudian Ratna menghubungi saya mengatakan bahwa jumlah peserta yang diundang langsung, untuk Toya Bungkah Literary Festival yang pertama ini, dibatasi karena terbatasnya dana. Yaitu 2 dari luar negeri (negaranya harus berbeda) dan dua dari dalam negeri (di luar Bali). "Salah satu 'benefit' menjadi tuan rumah, adalah penyair dari Bali yang diundang lebih banyak jumlahnya dibanding yang dari luar. Solusinya, karena keterbatasan dana, maka jadikan penyair dari Bali yang panitia, merangkap sebagai peserta," saya katakan kepada Ratna. Maka jadilah 3 Penyair peserta dari Bali, Warih Wisatsana, Wayan Jengki Sunarta dan saya sendiri sebagai peserta sekaligus panitia (Warih dalam pertemuan dengan Ratna dan Jengki minta jadi peserta saja, tapi akan ikur membantu--saat mereka bertemu, saya masih di Yogyakarta. Dan komunikasi terkait festival ini mayoritas lewat medsos. Saya baru bertemu Ratna 1 September, setelah saya kembali dari Yogyakarta 23 Agustus, dan hampir sebulan di Yogyakarta mengantar dan "menemani" anak kedua saya yang kuliah di Yogyakarta. Saya bertemu Wiwin lebih belakangan). Tak lama kemudian saya mendapat nama Penyair Frank Keizer (Belanda dari Tsead Bruinja beserta kontaknya. Thanks Tsead) dan Vincent Tholomé (Belgia dari David Giannoni untuk komunikasi saya juga dibantu Boena Coignet. Thanks David & Bozena). Sedang untuk Penyair Indonesia dari luar Bali, Ratna memilih dari nama-nama yang saya rekomendasi, Sunlie Thomas Alexander dan Sinduputra. "Tampaknya saya akan ajukan jadwal tiba yang dari luar negeri. Kalau tiba Tgl. 20 September sementara acara dimulai 21-22 September dengan jadwal acara yang padat (mereka tampil 3 kali), akan melelahkan bagi mereka, karena perjalanan ke Bali jauh," ujar Ratna. Bagi saya, ide Ratna ini, bagus dan manusiawi. Saya sudah menyusun jadwal acara yang memang padat, namun fleksibel, dalam arti ada 3 kali tampil bagi 7 penyair undangan langsung, juga untuk penyair yang karyanya dimuat dalam antologi Batur, namun karena kami tak bisa memastikan berapa yang akan datang dan membaca karyanya (Ternyata sekitar 8 orang yang datang, namun yang baca karya dan tetap di lokasi festival 3 orang), maka saya buat program yang bisa diisi oleh siswa-siswi berupa puisi-musik (musikalisasi puisi). Kebetulan beberapa bulan sebelumnya saya memberi workshop puisi-musik untuk siswa dan guru yang diadakan Balai Bahasa Bali di Bangli. Dan ada grup WA yang dibuat peserta workshop dan menyertakan saya usai workshop. Saya kontak Yuda dari SMAN 1 Tembuku dan Divyani dari SMAN 1 Susut, untuk menampilkan grup sekolah mereka menampilkan puisi-musik di sesi Poetry for All, guna mengantisipasi jika tak banyak penyair dalam antologi Tutur Batur yang hadir. Di samping sesi ini terbuka untuk siapa pun baca puisi, ini maksud saya dengan fleksibel di atas. Dari pengalaman saya, memang ada festival yang menggunakan dua cara ini mendatangkan penyair, namun yang bisa dipastikan tampil sesuai agenda festival, biasanya undangan langsung(Ada juga festival hanya undangan langsung tanpa undangan terbuka, yang seperti ini, biasanya jauh hari sudah bisa dirancang acaranya). Festival memang perlu kepastian undangan yang hadir, agar program berjalan sesuai atau tak jauh melenceng dari yang direncanakan. Tgl. 18 September Vincent tiba di Bali, dan esoknya ikut konferensi pers. "Bisa saja seseorang datang ke Bali sebagai turis. Tapi datang karena diundang festival, beda rasanya," ujar Vincent, antara lain. "Mungkin ada yang akan mengnspirasimu untuk menulis puisi atau tulisan lain, karena pertemuan dengan Bali untuk pertama kali yang mengundang keinginan tahu serta keterpesonaan," kata saya kepada Vincent. "Ya, sudah ada puisi yang saya tulis dan saya kirimkan ke teman saya yang musisi untuk dibuatkan musik 'latarnya'. Semoga musiknya sudah jadi saat festival, sehingga bisa saya bawakan," kata Vincent. Dan musik jadi serta ditampilkan Vincent secara atraktif bersama puisinya pada hari kedua festival. Sementara terjemahan ke bahasa Indonesia dilakukan dan dibacakan Sunlie Thomas Alexander. Teknologi informatika memungkinkan lalu lintas karya tulis dan musik berlangsung cepat juga sangat berperan dalam penyelenggaraan festival ini, yang bisa disebut tanpa ada rapat lengkap panitia. :)

20.01.2022 Easy Event Perth Spring Festival 5-6 oct 2019

17.01.2022 Yang Ringan-ringan Seputar Toya Bungkah Literary Festival 2019 3 21 September 2019. Hari mulai gelap saat kami tiba di Camping Ground TL...F. Setelah kendaraan yang kami tumpangi parkir, saya, Wiwin Suyasa, Ratna Hartoyo..., melangkah di antara tenda-tenda berbagai ukuran. Beberapa orang ada di dalam tenda beberapa lainnya di luar tenda. Dingin Kintamani terasa. Saya berbincang dengan beberapa orang, mengamati suasana seputar lokasi, lalu mencari meja tempat makanan prasmanan di siapkan. Yang bertugas di tempat ini menawari pilihan makanan. Setelah saya pilih, duduk, lalu mulai bersantap. Sedap terasa di udara dingin. Usai bersantap, seorang Ibu muda minta foto bareng. Ini besar kemungkinannya karena sosok saya yang "eksotik" dengan rambut putih panjang tergerai. :) Saya mendekat ke arah Ratna yang duduk tak jauh dari "sound men" yang sedang menyiapkan sound system untuk pembacaan puisi, duduk di dekatnya sambil berbincang santai. Saya beranjak menuju ke arah sound engineer acara ini, terkait musik minus one yang akan saya gunakan saat baca puisi Malam Cahaya Lampion. Wayan Jengki Sunarta yang memandu acara mulai memanggil para pembaca puisi. Iman Barker, Kim Al Ghozali, Ni Wayan Idayati, membaca karya mereka. Tak jauh dari tempat pembacaan puisi ada sekelompok orang "nyetel" musik cukup keras. Ratna menghampiri, minta agar dipekankan. Tak lama, keras lagi. Beberapa siswa tampil menyanyikan dan membaca puisi. Ada yang bertanya, "boleh lagu bebas". Saya katakan ke Jengki, "Nanti saja, setelah acara 'formal' kamu nyatakan ditutup, diperbolehkan. Mau dangdutan sampai pagi juga boleh." Sunlie Thomas Alexander baca puisi ditemani seorang siswi, Vanesa baca puisi karya Warih yang diIngriskannya, Warih Wisatsana baca Huesca karya John Comfort terjemahan Chairil Anwar, Jengki juga baca Huesca, saya baca Malam Cahaya Lampion, lalu Vincent Tholomé, yang saya dampingi bersiap nerjemahkan apa yang dikatakan. Vincent minta maaf, karena tak membawa naskah puisi ke tempat ini. Maka dia membawakan "sound poem" dari Penyair Kanada. Saya "jelaskan" sedikit tentang sound poem ke audiens Menarik pembacaan yang dilakukan Vincent. Usai baca, "sound poem" tsb, saya mengajaknya jam session "sound poem" dan disanggupinya. Usai Frank Keizer baca pusi, acara formal ditutup di tempat ini ditutup. Tak lama setelahnya saya dkk, kembali ke penginapan. Jengki dan Phalayasa Sukmakarsa masih di camping ground. Tiba di penginapan saya langsung ke kamar, mencoba tidur, mendengar Phalayasa tiba di kamar sekitar pukul 24.00. Setelah tidur sekitar 3,5 jam, terjaga, meditasi dan relaksasi, bersiap sarapan dan berangkat menuju Anjungan Penelokan. Tiba di sana, saya lihat Jengki masih asyik berbincang, tidak menuju tempat acara "Jengki, kamu turunlah ke tempat acara, untuk memandu Poetry for All 2." "Kan, sudah ada Siswan yang memandu?" "Kamu dampingilah. Kan, kamu yang mengenal penyair yang perlu dipanggil, yang puisinya ada dalam antologi Tutur Batur," kata saya. Setelah pembacaan puisi oleh Idayati, Iman Barker, Kim Al Ghozali, maka gilian Sinduputra, Vincent membacakan puisi yang ditulis di Bali dilatari musik yang digarap temannya berdasarkan puisi tsb, dan dikirim dari Belgia, didampingi Sunlie yang baca terjemahannya atas puisi Vincent tsb. Lalu Fank membaca puisinya dalam bahasa Indonesia, terjemahan Sunlie juga. Selanjutnya jeda makan, sebelum masuk ke acara apresiasi puisi, puisi-musik, alih kreasi yang akan saya pandu. Sekitar pukul 15.00 apresiasi dimulai. Saya bicara sambil meminta siswa peserta acara ini, membaca puisi Celana 3 karaya Joko Pinurbo, Aku Ingin, Karya Sapardi Djoko Damono, lalu saya bahas. Video Kolaborasi saya dengan Komposer Wayan Gde Yudane, perupa Nyoman Erawan, Video Mapper Kokok Saja, Pewushu Dedy & Teguh yang "berbasis" Ciam Si ditayangka, untuk saya "ulas". "Pak, 'Yang kecil di bumi..., itu lagi, Pak," pinta siswa peserta apresiasi. Saya sanggupi, maka kami pun menyanyikan puisi Co Kong Tik sambil "menari". Setelah usai dan akan saya sudahi, peserta apresiasi meminta tambahan, maka saya nyanyikan puisi Gemuruh Laut. Acara TLF resmi berakhir. Namun, saya, Phalayasa, Wiwin dan beberapa orang masih di lokasi sekitar 2 jam. Untuk kewajiban yang perlu dituntaskan. Kembali ke penginapan, sekitar jam 8pm, ada perubahan rencana dari semestinya meninggalkan Kintamani 23 September, menjadi malam ini juga. Saya dan Phalayasa bergegas menyiapkan apa yang kami perlu bawa. Lalu bersama Vincent, Frank, Sinduputra, Idayati, Siswan dan dua orang team Wiwin menuju Denpasar. Di perjalanan kami balik lagi karena ada sesuatu yang tertinggal. Lalu kembali melaju ke Denpasar. Saya mencoba menghubungi Istri saya di rumah tidak terhubung, jaringan sulit. Saya kontak anak tertua saya untuk menghubungi Ibunya agar nunggu untuk membukakan pintu jika saya tiba nanti. Berhasil. Hari semakin malam. "Ini pertama kali saya makan roti tawar, setelah beberapa hari ini tidak makan roti tawar," ujar Vincent, setelah mengambil roti tawar yang saya tawarkan padanya. "Pak Wiwin sudah mencarikan Pak Tan kamar di sebuah hotel di Kuta, bersama Sunlie, Vincent, Frank," ujar Pak Supir. Saya coba telepon istri saya, mengabarkan, agar tak usah menunggu saya hingga larut malam. Begadang tak bagus baginya yang "punya" Vertigo dan tekanan darah rendah. Kali ini nyambung. Sinduputra turun di Sanur, di rumah orang tuanya, Siswan, Idayati turun di Arts Veranda. Malam ini saya tidur nyenyak di hotel di Kuta, setelah dua malam tak nyenyak. Saat breakfast bertemu Vincenr, Sunlie, Frank. Berbincang "ngalor-ngidul" sebagian "ditayangkan live via Hp Sunlie. Tak lama kemudian Wiwin bargabung. Sempat memperlihatkan foto Camping ground yang kata Wiwin, indah jika pandangan tak terhalangi gelap kepada Frank dan Vincent. "Saya akan ke kamar dulu. Tak tahan cahaya jika karena minum Aspirin," ujar Vincent. "Nanti, saya jamu makan siang di sini, ya," ujar Wiwin. Kami kembali ke kamar masing-masing. Saya mandi air hangat, setelah sekian hari tak mandi di Kintamani yang dingin. Usai mandi check out dan menuju ke tempat makan siang. Wiwin dan Frank sudah di tempat, menyusul Sunilie dan Vincent. Makan siang berbincang, hingga tiba saat Vincent dan Sunlie akan ke Bandara. Saya menemani Vincent dan Sunlie ke Bandara Ngurah Rai, ke bagian international dulu, kemudian domestik. Setelahnya, kendaraan menuju rumah saya. Tiba sekitar jam 2pm. Masih ada waktu untuk menjalankan tugas saya, menjemput anak saya yang terkecil dari sekolahnya. :) Keterangan: 1. Saya dan Vincent Jam Session video oleh Wiwin. 2, 3, dan 6 di Camping Ground, foto 2 & 3 oleh Sunlie. 4, 5. Sunlie nerjemahkan puisi Vincent dan Frank, agak melotot, tanda mata termakan usia. :) , Foto oleh Phalayasa.



16.01.2022 Easy Event Perth Dinner Function at Joondalup Resort, Perth Western Australia. a song; Indonesia Pusaka

14.01.2022 5/10/2019 A community celebration of the 4th year anniversary of the Easy Event Perth - Spring Festival at Araluen and a day of batik fashion congratulations Ibu Ratna Hartoyo and team. So love these events. Thank you and may God bless you

08.01.2022 Dalam rangka : 1) Anniversary EEP 2) Annual program EEP Spring Festival 2019 di Araluen Botanic Park 3) Batik Day (Hari Batik Nasional) is an Indonesian cultural day for celebrating batik the traditional cloth of Indonesia. It is celebrated on October 2 and marks the anniversary of when UNESCO recognized batik as a Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity in 2009... EEP mengadakan Lomba-Lomba sbb: 1) Lomba tari etnik/modern -group anak-anak, 4-5 anak, -group dewasa 4-6 org, durasi tarian 4min max 4’ 30 hari Sabtu jam 1.30-3.30 tempat Amphi Theatre Araluen Botanic Park 2) Lomba Fashion Show -Lomba Fashion show anak 7-17th -Lomba Fashion dewasa 18- 70th hari minggu jam 12-3 pm tempat Amphi theatre Araluen Botanic Park Cepat daftarkan diri anda/ group anda, peserta terbatas, tiap peserta akan mendapat free tiket masuk Araluen Botanic Park Hadiah2 berupa uang tunai 250$ hingga 75$ daftarkan diri anda atau inbox ke Ratna Hartoyo Lawrence Vincent Ria Mahney Anita Mc Kay Cecilia Nino



05.01.2022 Kalimantan Timur telah dipilih sebagai ibu kota negara yang baru. Di pulau yang dikuasai oleh tiga negara, menjadi tantangan pertahanan yang berbeda bila dibandingkan dengan Jakarta. Lantas bagaimana tantangan yang akan dihadapi ibu kota baru? #ibukotabaru

05.01.2022 Wonderful Indonesia new promotion : New flight from Perth directly to Lombok with a special fare ( Air Asia start on June 9, 2019) and you will get interesting information, tour pakages, such Sasak Tour, Rinjani mountain climbing adventures and other Lombok island (The Gili’s), Senggigi beach , Kuta beach, Mandalika, other tourist spots such as Komodo Island, Labuan Bajo with a special prize in line with our promotion about NEW Bali.

03.01.2022 In line with : 1) EEP Anniversary 2) EEP Annual Program Spring Festival 2019 at Araluen Botanic Park 3) Batik Day (Hari Batik Nasional) is an Indonesian cultural day for celebrating batik - the traditional cloth of Indonesia. It is celebrated on October 2nd and marks the anniversary when UNESCO recognized batik as a Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity in 2009... EEP will conduct several contests such as : 1) Etnic/modern dancing contest -group children, 4-5 children -group adult, 4-6 person Maximum dancing duration is 4 minutes per group on Saturday at 1.30 - 3.30 pm at the Amphi Theatre Araluen Botanic Park 2) Fashion Show Contest -Fashion show children 7-17 yo -Fashion show adult 18- 70 yo On Sunday at 12-3 pm at the Amphi theatre Araluen Botanic Park. Immediatelly register you / your group. Limited participant and each participant will get free ticket to enter Araluen Botanic Park. Cash prize worth of 250$ to 750$. Send your registration by mail to : Ratna Hartoyo Lawrence Vincent Ria Mahney Anita Mc Kay Cecilia Nino

02.01.2022 Good morning Hi if you interested we still have one food stall 3x3m at Easy Event Perth Spring Festival at Araluen Botanic Park 5-6 October 2019, please message /inbox or call 0401924458

01.01.2022 a song : Indonesia Pusaka, at one of the dinner function of Easy Event Perth



01.01.2022 https://newsroom.airasia.com//airasia-dukung-pariwisata-lo

Related searches